Pengembangan sebuah game sering kali dilihat dari luar sebagai proses yang magis dan menyenangkan, tetapi di balik layar ada cerita yang kurang diceritakan: praktik “crunch.”
Crunch adalah periode di mana para pengembang bekerja lembur dengan jam kerja yang ekstensif dan melebihi batas. Tujuannya menyelesaikan proyek dalam tenggat waktu yang ketat.
Dalam artikel ini, Gamerisme menceritakan kembali kisah beberapa game yang menuai kontroversi karena menerapkan “crunch” selama tahap pengembangannya.
The Witcher 3: Wild Hunt
Cerita epik Geralt dalam The Witcher 3: Wild Hunt adalah pencapaian luar biasa dalam industri game. Namun, di balik keajaiban tersebut, terdapat cerita tentang perjuangan yang mencekam di studio CD Projekt Red.
Selama pengembangan game ini, para pengembang bekerja hingga melebihi batas, seringkali mencapai 60 hingga 70 jam seminggu. Kisah ini sempat menuai kontroversi selama proses pengembangan, termasuk di forum NeoGAF.
Seorang pengguna anonim menulis: “Omong kosong The Witcher 3 dimulai sejak hari pertama. PR menciptakan visi yang berlebihan tentang sebuah game yang tidak ada saat tim berada dalam masa ‘crunch’ yang gila selama lebih dari satu tahun.”
Cyberpunk 2077
Cyberpunk 2077 adalah salah satu game paling hype dekade ini. Nyatanya, hype tersebut berujung dengan serentetan kritik yang tak berhenti berdatangan. Pertama, karena proses pengembangannya yang menerapkan crunch.
Beberapa anggota tim melaporkan bahwa CD Projekt Red menerapkan jam kerja yang mencapai hingga 100 jam seminggu. Game yang dinantikan oleh banyak orang ini akhirnya menghadapi penundaan perilisan yang menyebabkan kontroversi lebih lanjut.
Ketika sudah rilis pun, masalah tak lantas selesai. Sebab Cyberpunk 2077 sampai ke hadapan para penggemar dengan kualitas yang jauh dari kata sempurna, terutama karena banyaknya bug yang bertebaran.
Red Dead Redemption 2
Memasuki tahap akhir pengembangan, muncul ide untuk menambahkan frame hitam di bagian atas dan bawah setiap adegan cut-scene Red Dead Redemption 2.
Ide yang sangat menarik dan relevan dengan cerita yang diangkat dalam game: Film koboi dengan pendekatan sinematik yang old school.
Namun, upaya menambahkan aspek tersebut berarti bahwa para pekerja yang terlibat di dalamnya harus melakukan ‘crunch’ lebih lama lagi.
Mass Effect: Andromeda
Ketika BioWare menggarap Mass Effect: Andromeda, para pengembangnya terperangkap dalam siklus kerja yang menguras tenaga. Mereka bekerja hingga hampir 100 jam seminggu, dengan harapan menciptakan pengalaman game yang mengagumkan.
Bahkan, tersebar rumor tak sedap yang menyatakan bahwa game ini sebetulnya hanya dikembangkan selama 18 bulan! Jika memang benar, tentu waktu yang tidak masuk akal untuk game yang tergolong dalam kategori AAA.
Nyatanya, proses pengembangan Mass Effect: Andromeda memang dipenuhi banyak masalah, termasuk isu soal ketidakcocokan dengan engine yang digunakan. Tak heran jika ketika rilis, game ini banjir kritik.
Anthem
Jejak “crunch” di dalam studio BioWare juga mencuat selama tahap pengembangan Anthem. Tim pengembang bekerja keras untuk memenuhi tenggat waktu rilis, tetapi game ini akhirnya tidak memenuhi harapan pemain dan kritikus.
Mirip-mirip dengan yang terjadi Andromeda, proses pengembangan Anthem kabarnya hanya berlangsung dalam waktu relatif singkat, yakni 15 bulan saja. Hal ini diungkapkan oleh salah satu eks developer game tersebut.
“Kami tahu ini belum siap, karena game ini dibuat dalam waktu 15 bulan. Hal yang belum pernah terjadi untuk game sebesar itu,” ucap dia.